Jumat, 21 November 2014

Industri Properti Terhambat Kenaikan Suku Bunga

Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan BI Rate menjadi 7,75 persen juga memberi pengaruh pada sektor properti. Dengan kenaikan ini dipastikan dapat menghambat pertumbuhan sektor properti.

Ketua DPP Real Estat Indonesia (REI) Eddy Hussy mengatakan, naiknya BI Rate sudah tentu akan menghambat pertumbuhan properti. Bunga yang sebelumnya saja sudah cukup tinggi, apalagi sekarang makin tinggi.

"Padahal kebutuhan rumah saat ini masih besar," kata Eddy di acara Rakernas REI di Hotel Borobudur, Kamis (19/11/2014).

Eddy mengungkapkan, meski BI Rate mengalami kenaikan, tapi sampai sejauh ini belum ada koreksi target pembangunan rumah.

"Tidak ada koreksi target, tidak ada menunda-nunda proyek sejauh ini," tegasnya.

Inilah Prospek Bisnis Properti Indonesia

Seperti Apa Prospek Bisnis Properti di Indonesia?


Mungkin Anda pernah mempunyai teman yang bekerja di perusahaan properti. Sebenarnya apa sih enaknya kerja di properti? Bagaimana prospek bisnis properti Indonesia? Sehingga begitu perusahaan properti di Indonesia dan bahkan perusahaan asing ingin berbisnis properti di Indonesia?

Ekonomi di Indonesia yang stabil

Jangan salah, ekonomi Indonesia pada waktu presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat stabil dan bahkan cenderung meningkat. Ketika ekonomi meningkat, berarti ekonomi masyarakat di Indonesia juga meningkat. Inilah kenapa banyak perusahaan swasta yang bergerak dibidang properti. Bahkan sekarang tidak hanya diperkotaan yang menjadi perburuan para perusahaan properti, tetapi juga di daerah-daerah. Ini juga termasuk naiknya taraf hidup di daerah, karena daya beli masyarakat untuk properti juga cukup tinggi walaupun tidak setinggi di perkotaan.

Properti merupakan kebutuhan masyarakat

Walaupun termasuk kebutuhan primer, tetapi properti tetap merupakan kebutuhan masyarakat. Tentunya masyarakat membutuhkan tempat tinggal, entah itu kalangan menengah keatas dan menengah kebawah. Banyak properti di perkotaan yang berharga lumayan tinggi dan bahkan tergolong tinggi. Semakin strategis tempatnya, juga semakin mahal. Ini juga berlaku untuk bisnis properti di daerah. Anda pasti banyak melihat perumahan baru di daerah-daerah, ini juga merupakan prospek bisnis properti di Indonesia

Menjadi investor properti

Ketika Anda mempunyai uang yang lebih dan Anda bingung menginvestasikannya, mungkin ini adalah solusi investasi yang menarik yaitu menjadi investor properti. Anda bisa membeli rumah, lalu Anda merenovasi untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Anda bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual atau menyewakan properti Anda. Tidak hanya rumah, Anda bisa menginvestasikan properti untuk hotel. Ketika Anda mempunyai tanah, Anda bisa bekerja sama dengan pengembang untuk membangun hotel atau cottage, setelah itu Anda bisa membagi keuntungan.

Daerah juga termasuk prospek bisnis

Seperti yang disebutkan diawal, prospek bisnis properti Indonesia khususnya di daerah merupakan lahan emas bagi perusahaan properti. Banyakanya lahan dan permintaan di daerah bisa menjadi keuntungan. Anda bisa membuat rumah yang cukup murah untuk yang di daerah agar harganya dapat dijangkau. Selain itu Anda bisa membuat perumahan yang bisa disewa. Selain itu Anda perlu melihat lokasi yang tepat dalam membangun properti. Contohnya ketika Anda ingin membangun perumahan di daerah, pastikan daerah tersebut dekat dengan transportasi umum atau tempat umum lainnya. Ini sangat membantu untuk menaikkan harga perumahan Anda.

Pastikan investasikan dengan developer yang tepat

Ketika Anda sudah mendapatkan prospek bisnis properti Indonesia yang tepat, Anda juga harus mendapatkandeveloper yang tepat. Tidak mungkin Anda menginvestasikan uang Anda ke developer abal-abal yang menawarkan keuntungan yang tinggi. Anda harus melihat company profile secara mendalam. Usahakan juga Anda turut serta dalam mengembangkan properti tersebut.

Pengembang Properti Tuntut Subsidi Uang Muka

Pengembang properti nasional menjadikan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja informal sebagak target pasar sejalan dengan program pemerintah mengatasi kekurangan hunian.

Untuk itu, Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) menuntut pemerintahan Joko Widodo melakukan terobosan kebijakan yang bersahabat, antara lain dengan memberikan subsidi uang muka kredi kepemilikan rumah (KPR) tipe terendah dan pembebasan biaya izin mendirikan bangunan (IMB).

"Kita tahu uang muka selalu jadi kendala bagi masyarkat berpenghasilan rendah, tapi kalau untuk  cicilan mereka tergolong mampu. Jadi kita harapkan ada subsidi uang muka bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah," jelas Eddy Hussy, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI), di sela Rakernas REI, Kamis (20/11).

Eddy mengatakan pemerintah mencatat saat ini terjadi kekurangan hunian sebanyak 15 juta unit, dengan permintaan rata-rata per tahun sekitar 800 ribu unit. Namun, konsorsium pengembangan properti nasional baru bisa memenuhinya sekitar 200 ribu unit per tahun.

Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, kata Eddy, selain subsidi bunga diperlukan juga terobosan lain di bidang perpajakan. "Kalau pembebasan PPN (pajak pertambahan nilai) untuk rumah murah sudah ada lewat fasilitas FLPP. Cuma kemarin dari pemerintah muncul ide untuk membebaskan segala biaya pengurusan IMB," katanya.

Selain itu, lanjut Eddy, pengembangan properti saat ini terhambat oleh tingginya harga lahan di sejumlah lokasi. Hal ini yang membuat pengembang sulit untuk membangun rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Karenanya, REI berharap pemerintah komitmen untuk membangun infrastruktur dasar di berbagai wilayah, termasuk menyediakan sarana dan prasarana transportasi pendukung. Dengan demikian diharapkan akan terbuka kawasan perumahan baru dengan harga yang kompetitif.

"Lonjakan Harga Properti Bukan karena Kenaikan Harga BBM"

Pertumbuhan harga properti yang terus terjadi dan sempat menembus level 30 persen hingga 40 persen pada kurun 2012-2013, sehingga sering dianggap tak masuk akal, menurut beberapa pengembang, bukan disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Lonjakan harga justru terjadi karena terbatasnya pasokan. Di sisi lain, kebutuhan sangat tinggi, terutama di kawasan-kawasan dengan konsentrasi aktivitas bisnis dan komersial tinggi. 

Demikian rangkuman pendapat dari para pengembang, CEO Ciputra Group Candra Ciputra, Direktur Marketing PT Alam Sutera Realty Tbk Lilia Sukotjo, Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Johannes Mardjuki, dan Direktur Utama Majestic Land Wisnu Tri Anggorodalam berbagai kesempatan. 

Menurut Candra Ciputra, ada dua hal yang menjadi motivasi bagi konsumen untuk membeli properti. Pertama, membeli untuk digunakan sendiri (end user). Kedua, membeli untuk dijadikan sebagai instrumen investasi (investor). 

"Kita tidak bisa menafikan kehadiran keduanya. Bisnis dan industri properti terus bertumbuh karena mereka. Nah, saat kondisi perekonomian kita tumbuh positif, pendapatan pun meningkat, yang pada gilirannya berpengaruh pada penguatan daya beli. Mereka yang tadinya hanya punya satu rumah pun akan tertarik untuk membeli rumah kedua, ketiga, dan seterusnya untuk anak, cucu, keluarga, dan juga aset simpanan," papar Candra, Rabu (19/11/2014).

Pembeli dengan motif investasi pun, lanjut Candra, akan memilih properti secara selektif. Terlebih lagi, Bank Indonesia kini mengetatkan peraturan kredit properti. Mereka tidak bisa seenaknya memborong satu lantai atau satu gedung apartemen. 

"Seleksi ketat juga kami terapkan kepada pembeli dengan motif investasi. Contohnya untuk apartemen My Home di Ciputra World 1 Jakarta. Kami memberlakukan syarat-syarat tertentu untuk mereka penuhi agar pertumbuhan harga My Home terjadi secara natural sehingga menguntungkan pembeli," tutur Candra.

Sementara itu, menurut Lilia Sukotjo, produk properti yang mengalami kenaikan harga signifikan adalah yang memenuhi beberapa syarat terciptanya kualitas hidup dan lingkungan. Produk properti ini antara lain berada di kawasan dengan pengembangan berkelanjutan, bangunan berkualitas, lokasi strategis, dan potensi investasi tinggi.

"Pada dasarnya, kenaikan harga properti itu terukur, tidak melulu hanya disebabkan oleh kenaikan BBM, tetapi faktor-faktor inheren, mulai dari konsep pengembangan, diferensiasi, hingga tataran implementasi. Alam Sutera memenuhi semua unsur itu, dan hingga saat ini terus menciptakan kenaikan harga," beber Lilia.

Pembelian dibatasi

Hal senada dikemukakan Johannes Mardjuki. Menurut dia, konsep properti yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar punya peluang membuat harganya terus mendaki. Contohnya, unit-unit rumah di Summarecon Bekasi. 

"Sejak dilansir pada 2008 silam, harganya terus menanjak, hingga mencapai 30 persen per tahun. Tahun ini, meski melambat, pertumbuhan tetap bisa mencetak kenaikan 20 persen. Kami mengembangkan konsep yang tepat, pada waktu yang tepat, dan juga pasar yang tepat," tandas Johannes.

Selain itu, dia menambahkan, mekanisme pembatasan pembelian juga diberlakukan. Satu konsumen hanya boleh membeli maksimal dua properti. Hal ini dilakukan untuk menjaga "ritme" nilai properti tetap tinggi, baik di pasar primer, maupun pasar sekunder. Dengan demikian, pembeli awal dan berikutnya bisa menikmati keuntungan secara proporsional.

Demikian halnya dengan Lippo Karawaci. Menurut Direktur PT Lippo Karawaci Joppy Rusli, produk yang tepat dengan kualitas dan konsep yang dibutuhkan pasar saat ini masih terbatas, tidak seimbang dengan tingkat kebutuhan yang terus bertumbuh, terutama di segmen kelas menengah dan menengah atas. 

"Seratus juta kelas menengah Indonesia dengan pendapatan yang terus meningkat belum bisa diakomodasi oleh hanya ribuan hunian yang mampu kami kembangkan. Belum lagi backloghunian yang mencapai 15 juta unit," ujar Joppy. 

Belum terciptanya ekuilibrium pasar seperti saat ini, kata dia, jelas menstimulasi harga untuk kian melambung. Hal ini terutama di kawasan-kawasan favorit atau kawasan dengan "ekologi kehidupan" yang lengkap, mulai dari fasilitas pendidikan, hiburan, kesehatan, relaksasi, bisnis, hingga komersial.

"Sementara itu, faktor kenaikan BBM sudah kami antisipasi sejak dalam rencana awal pengembangan proyek. Kontraktor sudah kami 'kunci' dengan nilai kontrak tertentu untuk jangka waktu lima tahun. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk mengubah nilai kontrak karena harga material melonjak akibat perubahan harga BBM," tandas Joppy.

Diferensiasi pembiayaan

Sementara itu, Wisnu Tri Anggoro berpendapat. Perbedaan konsep produk, salah satunyaterobosan pembiayaan, sangat memengaruhi peningkatan harga jual properti. 

"Sekarang properti sudah bukan lagi tentang lokasi, lokasi, dan lokasi, melainkan apa yang bisa kita tawarkan, dan bagaimana kita bisa membuat konsumen tertarik membeli. Tentu harus kita sentuh spot-spot yang tepat dalam tataran logika berpikir konsumen," papar Wisnu.

Dia menuturkan, untuk saat ini, dengan kondisi pengetatan kredit serta suku bunga KPR/KPA dua digit, hal yang paling tepat adalah melakukan terobosan pembiayaan. Uang muka yang bisa dicicil selama periode tertentu tanpa bunga, dengan posisi harga jual tetap alias tidak berubah, sangat diburu konsumen. 

"Contohnya produk Majestic Icon Yogyakarta. Harga jual hanya Rp 280 juta per unit. Uang muka bisa dicicil 24 kali dengan bunga nol persen. Sementara itu, posisi harga jual tetap. Sudah barang tentu hal ini sangat menarik dan menguntungkan konsumen. Karena sudah terjual 80 persen, kami memutuskan menaikkannya 10 persen menjadi Rp 310 juta per unit," ucap Wisnu.

Jadi, dia melanjutkan, kenaikan harga BBM tidak memengaruhi pertumbuhan harga properti. Yang sangat berpengaruh adalah bagaimana pengembang mengimplementasikan rencana bisnisnya dengan tetap, sesuai sasaran, dengan kemasan memikat yang berbeda. 

"Hal itu berpotensi memicu pertumbuhan harga jual. terlebih jika penawarannya sesuai dengan ekspektasi konsumen," pungkas Wisnu.

Kamis, 20 November 2014

Kawasan Kuala Namu Favorit Pengembang

Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi kawasan yang difavoriti sejumlah pengembang. Hal ini lantaran beroperasinya Bandar Udara International Kuala Namu, berikut akses pendukung lainnya seperti jalur kereta, dan rencana Jalan Tol Medan-Kuala Namu.

Akses tersebut menggenapi tiga akses jalan nasional lainnya menuju Kuala Namu, yakni Jalan Gatot Subroto­­-Tembung-Batangkuis-Kuala Namu, akses Simpang Kayu Besar Tanjungmo-rawa-Kuala Namu, dan akses Simpang Kayu Besar-Lubukpakam-Bakaranbatu-Kuala Namu.

Wakil Ketua Kadin Sumatera Utara Bidan Pembangunan Properti dan Infrastruktur, Tomi Wistan, mengungkapkan hal tersebut, Kamis (20/11/2014). 

"Kawasan Kuala Namu menjadi incaran pengembang dan sejumlah investor lainnya. Mereka merespon kehadiran Bandar Udara Internasional Kuala Namu sangat luar biasa. Bahkan, menurut saya terlalu ekspansif sehingga memicu lonjakan harga tanah dengan angka berlebihan," ujar Tomi. 

Dia menuturkan, dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan, pengembangan properti akan semakin masif terjadi di kawasan Kuala Namu. Kawasan-kawasan komersial dan bisnis baru bakal hadir dan menjadi sarana investasi yang sangat menjanjikan.

Selain pengembang lokal seperti PT Asia Bisnis Center, Wiraland, PT Global Medan, yang meminati kawasan ini, juga sejumlah pengembang nasional. Satu di antaranya adalah Majestic Land Group. Pengembang yang baru saja menggandeng Archipelago International untuk mengelola Royal Kamuela Bali ini akan membesut township development  seluas 600 hektar. 

Menurut Direktur Utama Majestic Land, Wisnu Tri Anggoro, posisi lahan saat ini sedang dalam proses pembebasan. Sekitar 60 persen progres pembebasan sudah berjalan. "Semoga akhir tahun sudah dibebaskan seluruhnya," kata Wisnu.

Pengembangan skala kota tersebut, lanjut Wisnu, merespon pertumbuhan ekonomi dan kondisi daya beli masyarakat di Medan, Deli Serdang, Binjai, dan kawasan lainnya di Sumatera Utara. Selain itu, pasokan hunian, komersial, berikut kelengkapan ekologis lainnya masih terbatas. 

"Kami mengisi peluang itu dengan menciptakan produk properti yang terintegrasi melalui pembangunan kota baru ini," tutur Wisnu. 

Sebagai langkah awal, kata Wisnu, dana investasi yang sudah disiapkan sekitar Rp 300 miliar. Dana sebesar ini digunakan untuk membebaskan lahan dan membangun infrastruktur. Sementara dana konstruksi masih dihitung.

"Kota baru ini merupakan pengembangan berkelanjutan dan dilakukan secara bertahap. Itu membutuhkan investasi jangka panjang. Saya optimistis, pasar di Medan dan wilayah Sumatera Utara lainnya mampu menyerap produk kami," pungkas Wisnu.

Rabu, 19 November 2014

Rambah Bisnis Properti, UNIC Anggarkan USD250 Juta


Manajemen PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) menganggarkan dana investasi sebesar USD250 juta, demi meluluskan usaha perseroan menambah bisnis di sektor properti di 2015.

"Ini tergantung desainnya. Kita akan buat perkantoran dan perumahan. Dananya sebesar USD250 juta," ujar Presiden Direktur UNIC, Yani Alifen, saat Public Expose, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (19/11/2014).

Menurut Yani, perseroan telah memiliki lahan seluas 1,4 hektare (ha) di daerah Gatot Subroto, Jakarta, untuk merealisasikan pembangunan properti. Nantinya, pembangunan perumahan akan mencapai 50 persen dari lahan, sedangkan sisanya pembangunan perkantoran.

Dia mengakui, dalam membangun properti memang tidak mudah, karena harus mempunyai desain dan perizinannya. Perseroan saat ini sedang menjajaki desain properti tersebut, setelah itu mengajukan izin pembangunan properti. Sehingga pembangunan bisa dijalankan pada pertengahan atau akhir tahun depan.

"Kalau untuk desain enam bulan, habis itu mengajukan izin, izin urusan tiga bulan, akhir 2015 sudah mulai menjalankan pembangunan properti," pungkas dia. 

Derita Pengusaha Properti Gara-gara BI Rate & Harga BBM Naik

Para pengembang yang tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI) mengeluhkan tumpukan beban bertubi-tubi akibat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan BBM naik. Kondisi ini bisa mengganggu penjualan rumah.

Ketua Umun DPP REI, Eddy Hussy menyatakan, kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) yang baru saja diumumkan Gubernur BI diharapkan menjadi penyesuaian terakhir dari regulator.

"Kita berharap nggak naik lagi setelah ini. Karena ada kenaikan harga BBM subsidi, BI Rate ikut naik mengingat ada lonjakan inflasi yang harus dikendalikan," ujar dia di acara Rakernas REI, Jakarta, Rabu (19/11/2014).

REI, kata Eddy, meminta kepada perbankan untuk tidak latah menaikkan suku bunga kredit. Pasalnya suku bunga kredit perbankan saat ini sudah terlalu tinggi. Lanjutnya, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berkisar 12 persen-14 persen.

"Perbankan jangan menaikkan suku bunga karena saat ini sudah cukup tinggi. Dalam waktu dekat, bank-bank bisa bertahan. Kalaupun ada penyesuaian, jangan terlalu jauh," ucap dia.

Kondisi tersebut, sambungnya, dapat menghantam kemampuan masyarakat untuk membeli rumah. Sehingga Eddy memperkirakan, permintaan rumah akibat kenaikan BI Rate stagnan. "Turun sih nggak, tapi tidak bertambah. Kalau naik juga nggak banyak," papar dia.

Pemerintah, menurutnya, terus mengejar kekurangan perumahan di Indonesia. Dari sebanyak 13,6 juta unit, target pemerintahan baru ingin merealisasikan pembangunan 6,7 juta unit rumah. Dan langkah ini membutuhkan biaya sangat besar dan dalam jangka panjang.

"Kita cari terus pembiayaan lain, pendanaan jangka panjang bisa lebih banyak, penyaluran kredit bisa terus ditingkatkan. Pembiayaan lain seperti BBM naik yang bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur, dan sebagian bisa ke perumahan," tutur Eddy.

Bali Masih Jadi Primadona Pengembang Properti

Setelah sukses mengembangkan kondotel Best Western Majestic Yogyakarta awal 2014 lalu, pengembang properti PT Majestic Land kembali memperkenalkan portofolio terbarunya, yaitu Villa – Hotel (Villatel) Royal Kamuela Majestic Ubud yang berlokasi di Kawasan Ceking, Ubud, Bali. 

Direktur Utama PT Majestic Land, Wisnu Tri Anggoro mengatakan bahwa investasi strategis senilai Rp110 miliar ini, sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi salah satu market leader di pasar properti Indonesia dalam waktu tiga tahun mendatang.

"Sebagai salah satu destinasi utama para wistawan di Indonesia, Bali merupakan lokasi investasi yang sangat prospektif. Bukan saja karena keindahan alamnya, namun juga adat istiadat yang ditunjukkan masyarakatnya. Maka wajar, Bali selalu menyimpan potensi pasar yang menjanjikan," tutur dia, dalam keterangan tertulisnya, Rabu 19 November 2014.

Menurut Wisnu, meski pertumbuhan bisnis perhotelan terus mengalami lonjakan dalam beberapa tahun terakhir, namun investasi di Bali akan tetap menguntungkan. Sebab, pangsa pasarnya yang masih sangat luas. "Pasar properti di Bali masih sangat luas. Meski, tak bisa dipungkiri kondisi tersebut harus diimbangi pula dengan pemilihan strategi partner yang tepat," ujarnya.

Royal Kamuela Majestic Ubud Villatel merupakan villa private yang dibangun sesuai kontur bukit di kawasan Ceking, Ubud, Bali. Dibangun di atas lahan seluas 10 ribu meter persegi, pengembangan villa ini merangkum sebanyak 16 unit villa ekslusif fully furnished, yang dilengkapi beragam fasilitas mewah seperti; private pooldining table, dapur mini pribadi, free wifi, serta fasilitas lainnya. Sedangkan, harga yang dipasarkan cukup kompetitif yakni mulai US$1 juta.

Kelebihan lain yang dimiliki Royal Kamuela Majestic Ubud Villatel adalah lokasinya yang sangat strategis. Berjarak sekitar 15 menit dari pusat kawasan Ubud, 20 menit dari Tampak Siring, serta 55 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai.

Selain menyuguhkan pemandangannya yang indah, Royal Kamuela Majestic Ubud juga menawarkan paket wisata yang tak biasa, yaitu berbelanja kerajinan khas Bali bagi penghuninya. Ini, dikarenakan lokasinya yang dikelilingi area pertokoan serta pusat kerajinan manufaktur khas Bali yang unik.

Menariknya lagi, Royal Kamuela Majestic Ubud Villatel yang pembangunannya akan dimulai pada Maret 2015 ini, akan menawarkan keuntungan yang sangat potensial kepada pembelinya, karena ditawarkan dengan sistem bagi hasil 200 persen, atau lebih besar dibanding villatel lainnya.

Selasa, 18 November 2014

Ciputra Yakin BBM Tak Goyahkan Sektor Properti

Ciputra Group yakin sektor properti akan tetap menguat, meskipun ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sektor properti, diperkirakan akan terus berkembang menjadi lokomotif dalam perekonomian di Indonesia.

"Saya optimistis sektor properti akan berkembang, properti telah menjadi lokomotif kita untuk menggandeng perekonomian Indonesia. Banyak orang-orang hebat yang mengisi parlemen," kata Founder and Chairman of Ciputra Group, Ciputra, di Artpreneur Gallery 3, Jakarta, Selasa (18/11/2014)

Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan kinerja perseroan yang masih baik. Bahkan, dia menyebutkan tahun ini, perusahaan mampu mencatat peningkatan pendapatan dua digit.

"Kenaikan properti Ciputra sendiri capai 10-15 persen untuk tahun ini, rasionalnya untuk tahun depan bisa capai 30 persen," katanya

Selain itu, dia optimistis Ciputra mampu mencapai target pertumbuhan hingga 7 persen pada tahun ketiga pemerintahan Jokowi-JK.

"Kalau perkembangan ekonomi Indonesia bisa di atas 5 persen, kita yakin sektor properti Ciputra Group bisa capai target 7 persen dalam waktu tiga sampai empat tahun pemerintahan," jelasnya.

Senin, 17 November 2014

Terberat dalam Sejarah, Rumah 1.045 Ton Dipindahkan

Memindahkan rumah dengan berat ratusan ton terdengar tidak mungkin. Namun, hal tersebut benar-benar terjadi di Chicago, Amerika Serikat. Untuk memindahkan rumah yang terdiri atas tiga lantai, prosesnya membutuhkan 232 roda.

Sebuah rumah historis di Near South Side mulai dipindahkan pada Selasa pagi. Meski jarak dengan lokasi yang baru hanya sekitar 200 meter, pemindahan dilakukan secara hati-hati karena rumah tersebut telah berdiri selama 126 tahun di tanah sebelumnya. 

Rumah Harriet F Rees bergaya masa kebangkitan Roman ini dibangun pada 1888 di 2110 S Prairie Ave. Dari laporan The Chicago Tribune, dibutuhkan 6 juta dollar AS atau Rp 73,1 miliar untuk memindahkan rumah seberat 760 ton ini melintasi jalan raya. 

Pemindahan ini dilakukan dalam rangka membuat kawasan hiburan kontroversial yang sebagian didanai oleh pajak. Di kawasan tersebut akan dibangun juga lapangan basket DePaul University dan hotel baru Marriott.

Dari total dana tersebut, 1,9 juta dollar AS (Rp 23 miliar) di antaranya dibayarkan oleh Metropolitan Pierand Exposition Authority, otoritas konvensi kota, untuk membeli tanah di 2017 S Prairie Ave. Tanah tersebut kemudian menjadi lahan baru bagi rumah ini.

Untuk melindungi rumah selama dipindahkan, dibuatlah kerangka pelindung di sekitarnya. Dengan adanya pelindung tersebut, total struktur berat yang dipindahkan adalah 1.045 ton serta berukuran total panjang 25 meter, tinggi 21 meter, dan lebar 7 meter.

Rumah tersebut dipindahkan menggunakan 232 roda dan 29 perangkat hidraulis. Rumah ini merupakan rumah terberat yang dipindahkan secara utuh dalam sejarah Amerika Serikat.

Pemindahan rumah ini menghabiskan waktu beberapa hari. Setelah perpindahan awal dari satu blok pada hari pertama, yaitu Selasa, para kru beristirahat di tengah perjalanannya. Pekerjaan akan dilanjutkan pada Rabu, dan diperkirakan akan berakhir pada Kamis mendatang.

Selama abad ke-19, kawasan Praire Avenue berisi rumah-rumah untuk kalangan terkaya di Chicago. Saat ini, yang tersisa hanya tujuh rumah. Bangunan lainnya telah dihancurkan beberapa tahun lalu.

"Harga Rumah Sekarang Sudah Tidak Masuk Akal"

Puluhan dinding stan menjulang tinggi hampir menyentuh atap Ruang Serbaguna Jakarta Convention Center, Senayan, pada Sabtu (15/11/2014). Stan-stan ini dihias dengan berbagai gaya dekorasi. Ada yang dihias dengan tumbuhan hijau lengkap dengan suara kicauan burung, ada pula stan yang memamerkan mobil BMW putih mewah.

Selain dekorasi yang unik, beberapa petugas penjualan baik pria dan wanita, secara aktif menarik pengunjung untuk mendatangi stan mereka. 

Tibalah Ahmad (55), salah seorang pengunjung di REI Expo 2014, sekitar pukul 14.00 WIB. Berbeda dengan pengunjung lain yang sering kali dikerubungi petugas penjualan, Ahmad malah mendekati mereka, meminta daftar harga, dan menanyakan properti-properti yang dijual. 

Namun, setelah beberapa kali mendekati para petugas ini, Ahmad tidak kunjung mendatangi salah satu stan untuk menanyakan lebih lanjut atau menyatakan diri serius membeli properti. Dia justru terlihat berkeliling sendirian sambil memerhatikan maket-maket perumahan yang dipajang dalam ruangan besar berpendingin udara tersebut.

"Kebanyakan (stan) yang di luar, mematok harga rumah sekitar Rp 1 miliaran. Saya enggak mampu. Makanya saya cuma bisa mengumpulkan brosur dan pamflet ini," kata Ahmad, Sabtu (15/11/2014).

Ahmad mengaku sedang mencarikan rumah untuk anaknya. Kisaran harganya tidak lebih dari Rp 600 juta. Meski sudah berputar-putar dan mendapatkan harga yang sesuai, Ahmad belum cocok dengan lokasi dan tipe rumah yang ditawarkan petugas penjualan.

"Saya cari di sekitar Tangerang. Karena rumah saya di Tangerang, saya ingin anak saya tinggal dekat rumah saja. Dari tadi belum ketemu harga dan lokasinya pas. Makanya saya mau lihat (stan) di dalam," tutur Ahmad.

Jika Ahmad ingin di Tangerang, berbeda dengan Fernando yang ingin membeli rumah di sekitar Bekasi. Setelah mengitari stan dan memerhatikan harga-harga yang ditawarkan, Fernando kerap mengernyitkan dahi.

“Kalau saya lihat, harga-harga rumah sekarang banyak yang tidak masuk akal. Masak harga rumah di Serpong lebih mahal ketimbang di Jakarta,” kata Fernando.

Dia menyebutkan, banyak pengembang yang nakal memainkan harga. Ini terjadi karena kebutuhan rumah sangat tinggi, sementara pasokan terbatas, sehingga pengembang seenaknya mematok harga setinggi mungkin.

Fernando miris membayangkan masyarakat yang taraf hidupnya berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.

"Saya cari (rumah) untuk sendiri sekitar Rp 600 juta. Tapi, saya lihat, kebanyakan yang datang ke sini, mau investasi. Kasihan orang-orang menengah ke bawah, dapat harganya mahal," kata Fernando. 

Dia berharap pemerintah membuat kebijakan yang mampu menurunkan angka kesenjangan kebutuhan dengan ketersediaan rumah (backlog). Dengan begitu, bubble property, atau harga rumah yang melambung tinggi, tidak terjadi.

Rumah di lokasi-lokasi bukan favorit sudah menembus angka miliaran rupiah. Sebut saja Cendana Residence di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Untuk unit seukuran 69/196 dibanderol Rp 1,5 miliar. 

Sementara rumah dengan dimensi 131/198 dipatok seharga Rp 1,3 miliar di Villa Bogor Indah 5, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan rumah tipe 38/171 ditawarkan seharga Rp 1,3 miliar di perumahan Regensi Melati Mas, Serpong.

Tahun ini, REI Expo menampilkan 14 pengembang di 165 lokasi proyek strategis, antara lain di Bekasi, Bogor, Tangerang, Cibubur, Depok, Cilegon, Bandung, Puncak, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Bali, Balikpapan, dan Manado.

REI Berharap Penurunan SBDK Dorong Investasi Properti

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy berharap tren penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) di perbankan mendorong masyarakat berinvestasi di sektor properti

Selain itu investasi bisa meningkatkan daya saing pengembang nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. 

"Dengan berinvestasi di properti dalam negeri maka mendukung perekonomian nasional. Properti merupakan lokomotif perekonomian negara. Industri ini menyerap tenaga kerja dan 170 sektor industri yang turut bergerak berkat properti," ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), kemarin.

Menurutnya, berinvestasi properti dengan memanfaatkan penawaran kredit properti dari para pengembang peserta Real Estate Expo 2014 mendapatkan keuntungan, kemudahan dan kepastian berinvestasi.

"Pengunjung atau konsumen tidak perlu lama menabung hingga terkumpul uang sebanyak harga jual penuh rumah. Cukup bayar uang muka dapat memiliki properti idaman," ujarnya.
 
Selain itu, lanjut dia, pihak bank akan membiayai pembeli rumah yang sudah bersertifikat sehingga legalitas rumah lebih aman dan terjamin bagi pembeli.

Pihaknya mengingatkan masyarakat harus memperhitungkan tren kenaikan harga properti dari tahun ke tahun. Di mana persentase kenaikan bisa lebih cepat dari beban bunga kredit KPR, maka di akhir masa kredit, total pembayaran kredit properti akan lebih kecil dari harga rumah.

Hal menarik dari aneka ragam properti dipamerkan, ternyata produk lebih banyak dikuasai hunian vertikal. 

Eddy mengungkapkan, dengan kenaikan harga material dan tanah, hunian vertikal seperti rumah susun dan apartemen menjadi pilihan utama masyarakat saat ini. Apalagi, hunian vertikal saat ini memiliki beberapa pilihan menarik.

"Lebih banyak peminat yang hunian vertikal kecil, karena harga tanah terus naik material, hunian kecil jadi pilihan. Harga hunian di bawah Rp200 juta masih bisa didapatkan dari hunian vertikal seperti apartemen atau rumah susun hak milik (rusunami)," ungkapnya.

Properti Daerah Ini Termahal di AS, Berkat Apple & Facebook

Mahalnya harga saham Apple atau Facebook, sejalan dengan tingginya harga properti di tempat perusahaan ini berdiri, Silicon Valley, California.

Menurut data Coldwell Banker, Los Altos yang merupakan pusat dari Silicon Valley adalah lokasi real estat termahal di Amerika Serikat (AS). Demikian dilansir dari CNBC, Minggu (16/11/2014).

Harga rata-rata rumah mewah, dengan empat kamar tidur dan dua kamar mandi berkisar USD1.963.100. Harga tersebut 30 kali lipat lebih mahal dai biaya rata-rata rumah du Cleveland, yang merupakan pasar rumah yang paling terjangkau di AS.

"Kesuksesan dari banyaknya perusahaan teknologi di seluruh Silicon Valley yang membuat pasar di Los Altos meningkat," ujar Managing Broker Coldwell Banker Residential Joe Brown.

Selain Los Altos, delapan wilayah di California juga masuk dalam 10 wilayah real estat termahal di AS. Berikut 10 urutan pasar real estat termahal di AS :

 1. Los Altos, California

2. Newport Beach, California

3. Saratoga, California

4. Redwood City/Woodside, California

5. Los Gatos, California

6. San Francisco, California

7. Sunnyvale, California

8. Moraga, California

9. San Mateo, California

10. Wellesley, Massachusetts.

Minggu, 16 November 2014

Real Estate Expo 2014, Pameran Properti Jagokan Hunian Vertikal

Real Estat Ekspo 2014 kembali digelar di JCC mulai 15 hingga 23 November 2014. Pameran tahunan ini sebagai kontribusi pengembang properti mengikuti program kerja pemerintah di kabinet kerja.

Real Estat Ekspo 2014 menampilkan 140 pengembang di 165 lokasi proyek strategis. Hal yang menarik aneka ragam properti dipamerkan lebih banyak hunian vertikal.

"Setiap tahun dua kali, kita memang banyak memamerkan terutama rumah tapak dan tentunya hunian vertikal," ujad Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy, di pembukaan Real Estat Ekspo 2014, di JCC, Sabtu (15/11/2014).

Eddy mengungkapkan dengan kenaikan harga material dan tanah, hunian vertikal seperti rumah susun dan apartemen menjadi pilihan utama masyarakat saat ini. Apalagi hunian vertikal saat ini memiliki beberapa pilihan menarik.

"Lebih banyak peminat yang hunian vertikal kecil, karena harga tanah terus naik material, hunian kecil jadi pilihan," ungkap Eddy.

Eddy pun mengharapkan trend penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) mendorong masyarakat luas untuk berinvestasi di sektor properti. Selain itu investasi bisa meningkatkan daya saing pengembang nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Sabtu, 15 November 2014

Beli Properti Sekarang Sebelum Harga BBM Naik

Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy mengungkapkan bahwa harga properti saat ini dalam keadaan stabil. Sebelum harga BBM bersubsidi naik, Eddy menyarankan masyarakat segera berinvestasi properti.

"Justru beli segera sebelum harga BBM naik," ujar Eddy di pembukaan Real Estate Expo 2014, di JCC, Sabtu (15/11/2014).

Menanggapi efek kenaikan harga BBM untuk sektor properti, Eddy menilai akan berdampak kepada harga materi dan bahan bangunan. Hal itu pun juga akan berpengaruh kepada harga jual properti yang bisa naik dikisaran 10 sampai 15 persen.

"Kita belum tahu, kenaikan lebih kepada kenaikan material membuat perhitungan atau prediksi," ungkap Eddy.

Eddy juga berpendapat meski harga BBM bersubsidi naik, namun hal itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selama alokasi subsidi BBM digelontorkan untuk infrastruktur dan properti.

"Pasti ada dampaknya, ada kenaikan itu ekonomi baik, juga akan membantu masyarakat mendapatkan kesejahteraan," ujar Eddy.

Jumat, 14 November 2014

Banyak Megaproyek Properti Dibiayai dari Kocek Pribadi

Selain fenomena dominasi apartemen mewah yang laris manis dipesan kalangan jetset, pasar properti Jakarta juga diwarnai fenomena mengalirnya dana pribadi. Sejumlah pengembang mengklaim mendanai sendiri proyek propertinya senilai triliunan rupiah zonder pinjaman perbankan.

Itu juga sebuah fenomena. Bahkan, Farpoint Group berani mengeluarkan duit terlebih dahulu untuk membangun proyeknya, The Hundred, hingga selesai. Setelah itu, baru kemudian mereka menjualnya kepada publik. Padahal, The Hundred merupakan megaproyek multifungsi dengan estimasi nilai proyek sebesar Rp 3,5 triliun.

CEO Farpoint Group Jusup Halimi membeberkan, terdapat tujuh orang secara bersama menginvestasikan dananya di proyek The Hundred.

"Kami tidak menggunakan bank loan. Pendanaan murni dari ketujuh investor yang mempercayakan uangnya kepada Farpoint untuk dikelola. Memang bisa dibilang berani," kata Jusup, Rabu (12/11/2014).

Jusup melanjutkan, optimisme proyeknya dapat terserap pasar karena pengembalian investasi properti saat ini lebih tinggi ketimbang bunga deposito perbankan. 

"Jadi, saya yakin, pasar akan menerima lebih cepat dari yang sudah diperhitungkan," ujarnya.

The Hundred merupakan proyek multifungsi yang mencakup apartemen dengan harga serentang Rp 50 juta-Rp 60 juta per meter persegi, hotel mewah Sofitel So, dan perkantoran Grade A.

Sementara itu, selain Farpoint, yang berani mendanai proyeknya tanpa pinjaman perbankan, adalah Lippo Cikarang untuk megaproyek skala kota Orange County. Strategi pendanaan mereka adalah mengundang investor asing untuk berbagi risiko. 

"Lippo menggunakan ekuitas perseroan dan menggandeng perusahaan asing untuk membiayai Orange County," jelas Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk Meow Chong Loh.

Orange County sendiri menempati area seluas 322 hektar dengan eskpektasi nilai proyek sejumlah Rp 250 triliun.

Adapun Pondok Indah Group melalui PT Metropolitan KentjanaTbk sukses meyakinkan pasar untuk membeli Pondok Indah Residences Jakarta. Dengan begitu, mereka tidak kesulitan dalam membiayai dan melanjutkan proses konstruksi setelah promosi selama beberapa bulan.

"Nilai proyek ini sekitar Rp 6 triliun. Kami sejauh ini masih menggunakan ekuitas perseroan dan mengandalkan uang konsumen. Pinjaman perbankan tidak dipandang perlu karena produk kami diminati pasar," ujar Wakil Presiden Direktur PT Metropolitan Kentjana Tbk Jefri S Tanudjaja.

Indikasi money laundry?

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, fenomena penggunaan dana pribadi atau perusahaan tanpa pelibatan perbankan justru menekan risiko investasi.

"Itu mungkin saja dilakukan. Kan bisa konsorsium, ramai-ramai bermitra menggalang dana dari sejumlah investor bisa handle dan mengembangkan beberapa proyek sekaligus. Kalau pakai bank, dana dari penjualan dipakai buat bayar bunga, risikonya tinggi jika penjualan melambat. Mending berpartner kan, karena tidak dikejar bayar bunga," ujar Hendra, Jumat (14/11/2014).

Selain konsorsium, kata Hendra, banyak juga yang tidak mau berpartner dengan alasan supaya bisa mengendalikan proyek secara penuh. 

"Yang mau melakukan mekanisme ini, bisa jadi, pakai uang bank. Lebih baik pakai uang bank. Asal bisa full control," tambah Hendra.

Hendra tak menampik, jika "uang panas" atau hot money atau pencucian uang juga beredar di pasar properti Indonesia. Namun, dia tidak bisa memastikan proyek mana saja yang menggunakan uang panas.

"Ini merupakan isu sensitif. Saya no comment," kata dia.

Namun, yang jelas, lanjut Hendra, uang investor yang masuk properti belum tentu "mati" uangnya. Hal itu mengingat pasar sedang lesu saat ini. Pasalnya, rata-rata nilai tanah naik terus. Kalau tidak meroket, proyeksinya landai. Tapi, tetap naik dan lebih menarik daripada disimpan di bank. Di sisi lain, tingkat inflasi tinggi membuat nilai mata uang semakin kecil dan daya beli makin tergerus.

"Jadi, tetap lebih menarik beli properti ketimbang disimpan di bank. Sambil kembangkan pelan-pelan atau bertahap," tuturnya.

Pendek kata, imbuh Hendra, investasi properti selalu lebih menarik. Meskipun pembelian harus dengan kredit KPA atau KPR. Yang pasti di negara-negara cash is the king seperti China, Vietnam, Indonesia, bisa saja orang beli properti dengan membawa uang sekarung.

Sementara itu, di  Amerika Serikat atau Indonesia pada waktu krisis finansial, banyak bank tidak bisa bertahan alias gulung tikar. Akhirnya, para investor malah memiliki preferensi untuk berinvestasi di sektor properti.

"Karena properti on sale. Banyak orang butuh uang sehingga mereka bayar tunai. Tanpa pakai KPR," pungkasnya.

Kawasan Legok Jadi Incaran Pembeli Properti

Seiring dengan perencanaan pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja yang menghubungkan Kecamatan Serpong, Pagedangan, Legok, Panongan, Cikupa dan Balaraja, kini Legok menjadi lokasi incaran selanjutnya bagi para pembeli properti.

Selain akses tol langsung yang menjadi daya tarik terbesar, lokasi Legok juga memiliki potensi yang sangat besar karena lokasinya yang strategis karena diapit oleh perumahaan BSD, Karawaci dan Gading Serpong.

Pengembang Tombak Intan Developer optimistis dengan potensi perkembangan Legok dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Hal ini dapat terlihat dengan komitmennya untuk membangun proyek perumahaan berkualitas premium di wilayah ini. Saat ini proyek perumahan yang telah berdiri adalah The Green Residence, yang sudah terjual lebih dari 70 persen sejak dipasarkan.

Marketing Director Tombak Intan, Mandy Purwa Hartono mengatakan, saat ini kebanyakan masyarakat memang masih berada di dalam tahap edukasi untuk wilayah Legok itu sendiri, namun juga sudah banyak yang mengetahui potensi daerah ini.

"The Green Residence sendiri adalah perumahan yang terbaik di daerah Legok. Dari segi lokasi, perumahaan kami hanya ditempuh selama 20 menit dari Summarecon Mall Serpong dan hanya 5 km dari proyek Indonesia International Expo (IIE) yang akan menjadi tempat konsernya Michael Buble dan sarana pameran skala internasional terbesar se Asia Tenggara," ujarnya di Tangerang, Kamis (13/11).

Dikatakan, kalau proyek perumahaan Tombak Intan merupakan sunrise properti dimana perkembangannya masih jauh dari titik jenuh dan hal ini akan menarik banyak orang untuk berinvestasi dan pindah ke wilayah ini di masa mendatang.

"Memilih properti itu yang penting kan 5L (lokasi,lokasi,lokasi,lokasi dan lokasi). Dengan lokasi yang strategis dan aksesibilitasnya yang mudah, para calon pembeli properti tidak akan salah pilih untuk melakukan investasi di The Green Residence," kata Mandy.

"Kami juga baru saja melakukan soft launching tipe terbaru untuk rumah dua lantai yaitu Saphire dengan promo harga dan tata cara pembayaran yang terjangkau. Promo ini juga bertujuan untuk mendorong para pembeli properti segera mengambil keputusan berinvestasi mengingat harga rumah yang akan segera naik seiring dengan kenaikan harga BBM," ujarnya.

Tahun 2015 Legok akan semakin semarak dikarenakan perusahaan pengembang properti skala besar yang juga sudah siap masuk dan meramaikan industri properti di daerah ini seiring semakin dekatnya waktu kepada pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja.

Kamis, 13 November 2014

Prospek Properti Hanya Tumbuh 15 Persen

Ciputra Group Tbk menilai perkembangan suku bunga yang cukup tinggi hanya mampu mengerek pertumbuhan properti kisaran 10 hingga 15 persen 2015. Managing Director Ciputra Group Cakra Ciputra mengatakan pendukung katalis pertumbuhan properti tahun depan pada stabilitas politik.

"Situasi politik yang relatif kondusif menjadi salah satu faktor perekonomian Indonesia dapat tumbuh sesuai ekspektasi pemerintah," ujar Cakra di Jakarta, Kamis (13/11/2014).

Ia menjelaskan saham properti akan menjadi pilhan utama ketika bentuk investasi lain sedang bergejolak. Kata dia, lihat saja seperti saham, emas, kurs rupiah, yang kurang stabil.

"Harga properti tidak ada yang turun ketika kondisi krisis," jelas dia.

Bentuk dukungan lain properti bisa merangkak naik tipis karena harga tanah selalu naik termasuk harga sewa properti.

"Inilah alasan Kuat ekspansi usaha, dengan membuka proyek baru di Banten dan kota -kota besar seluruh Indonesia," kata dia.

REI Sulsel Berharap Tahun 2015 Industri Properti Lebih Bergairah

Ketua REI Sulsel, Arief Mone berharap industri properti 2015 lebih bergairah.

Pasalnya pasca penggabungan kementerian pu dengan perumahan rakyat, diharapkan fasilitas infrastruktur untuk perumahan lebih meningkat.

"Kita harap ada dukungan lebih untuk infrastruktur, terutama daerah-daerah pembukaan wilayah baru dalam pengembangan perumahan," katanya Kamis (13/11/2014).

Menurut Arief industri properti tetap menjadi primadona ke depan apalagi dengan pembangunan rumah-rumah bersubsidi.

Olehnya kata Arief dukungan infrastruktur dibutuhkan agar pengembang tidak kerepotan lagi untuk mengucurkan investasi lebih dalam mengembangkan rumah murah.

Ia pun memproyeksi tahun depan rumah subsidi masih akan tumbuh subur seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan perumahan.

"Besar harapan kami dengan kementerian saat ini bisa memberikan dukungan pembangunan infrastruktur yang merata,  jika terpenuhi backlog bisa ‎sedikit ditekan,"ujarnya.

Proses Perizinan Properti Berbelit

Memasuki pemerintahan baru, pengusaha properti yang tergabung dalam Real Estat Indonesia masih mengeluhkan terkait lamanya proses perizinan. Mereka berharap, dengan pemerintahan yang baru yang dipimpin Jokowi, proses perizinan yang berbelit-belit ini dapat disederhanakan.

"Perizinan merupakan aspek paling penting dalam bisnis properti, baik perizinan dalam membangun komersial atau rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," kata Ketua Penyelenggara Rakernas REI yang juga Pengurus REI, Adrianto P Adhi di Kantor REI, Jakarta(12/11/2014).

 

Adrianto menyebut, sebagai pelaku usaha properti ia berharap ke depannya di pemerintahan Jokowi dapat menyederhanakan izin-izin tersebut, terlebih izin dalam pembangunan rumah untuk MBR.

"Misalnya pemerintah mau mempermudah izin IMB untuk membangun rumah MBR, itu sudah sangat berarti bagi pengembang. Kalau pemerintah mau begitu berarti pemerintah benar-benar concern pada rakyat," ucapnya.

Adrianto mengungkapkan, setidaknya ada 28 izin yang harus diurus dalam membangun sebuah proyek komersial dan rumah MBR. Dan biasanya memakan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lama bisa hingga dua tahun.

Sementara itu, menurut Wakil Ketua Umum REI Bidang Komunikasi Theresia Rustandi menyebut sebenarnya persoalan perizinan lama maupun sebentar, yang penting adalah kepastian. "Kalau jelas, kita sebagai pengusaha bisa merancang bisnis kita. Itu yang kita harapkan," ucapnya.

Theresia juga menambahkan, tidak ada waktu ideal berapa lama perizinan bisa diproses.

"Kami pebisnis ada target waktunya. Apalagi perusahaan Tbk, investor pasti nanya," tutupnya.

Rabu, 12 November 2014

Harga Bahan Bangunan Naik, Laju Pasar Residensial Melambat

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya perlambatan dalam laju harga properti baik secara triwulan maupun tahunan. Penurunan, disebabkan adanya peningkat harga di beberapa sektor.

Melansir keterangan tertulis BI, Rabu (12/11/2014), ada beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab lambatnya kenaikan harga properti rumah. Di antaranya adalah karena kenaikan harga bahan bangunan disertai kenaikan upah pekerja.

Secara triwulan indeks harga rumah hanya tumbuh 1,46 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,69 persen. Sedangkan secara tahunan. hanya tumbuh 6,53 persen, lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,40 persen.

b

Berdasarkan faktor tersebut, tekanan kenaikan harga yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut sampai triwulan IV tahun. Perlambatan tersebut akan lebih berdampak pada rumah tipe kecil.

Sementara itu, berdasarkan wilayah, Makasar tercatat mengalami perlambatan harga tertinggi, terutama untuk tipe menengah.