Sabtu, 23 Mei 2015

Sejarah Mengenai Verenigde Oostindie Compagnie (VOC)

Tanggal bersejarah - PADA 20 Maret 1602 enam perusahaan dagang menggabungkan diri, membentuk Verenigde Oostindie Compagnie (VOC). Tujuan utama penggabungan itu adalah memperkuat armada dagang Belanda menghadapi pesaingnya, Spanyol dan Portugis. Keduanya dianggap merintangi jalan Belanda menguasai jalur perdagangan, khususnya ke kepulauan rempah-rempah di Nusantara.

Banyak hal yang belum diketahui publik mengenai bagaimana sebenarnya VOC bekerja dan menjalankan kegiatannya. Perusahaan dagang simbol kolonialisme dan imperialisme itu akhirnya mengalami kebangkrutan pada 1799 akibat korupsi yang kronis. Berikut 10 fakta sejarah di balik VOC yang jarang orang ketahui.

1. Gold dan Glory

Tak seperti Portugis dan Spanyol yang mengemban misi gold, glory dan gospel (kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama), VOC hanya berminat pada gold dan glory. VOC mengekang ketat para pendeta protestan yang berjumlah kurang dari seribu pendeta di seluruh wilayah VOC di Asia. Pelayanan rohani mereka dibatasi hanya kepada komunitas Eropa yang kecil dan komunitas-komunitas yang telah dikristenkan oleh Portugis, seperti Ambon, Minahasa, dan Malaka.

Dengan memperlihatkan sikap masa bodoh, menurut sejarawan Denys Lombard, para pedagang Belanda sekadar mengikuti kebiasaan para pedagang Asia, yang sejak berabad-abad melakukan perdagangan sama sekali tidak bermaksud menyiarkan agama mereka. “Selain tidak terpikir untuk mengekspor agama mereka,” tulis Lombard, “orang-orang Belanda juga sama sekali tidak berusaha menyebarluaskan bahasa meraka.”

2. Hak Octrooi

VOC menjadi “negara dalam negara” karena mendapat hak-hak istimewa (octrooi) dari Kerajaan Belanda. Hak-hak tersebut yaitu monopoli perdagangan, memiliki mata uang, mewakili pemerintah Belanda di Asia, mengadakan pemerintahan sendiri, mengadakan perjanjian dengan penguasa-penguasa lokal, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan menyatakan perang.

3. Tujuh Belas Kunci Heereen Seventien

Menurut sejarawan Mona Lohanda, di dalam ruang sidang Heereen Seventien di Amsterdam, terdapat lemari besar untuk menyimpan seluruh dokumen dan surat-surat VOC. Lemari tersebut hanya bisa dibuka dengan 17 kunci yang dipegang oleh 17 anggota Heereen Seventien. Hal ini memperlihatkan dewan tertinggi sangat menjaga kerahasiaan bisnis dagang VOC.

4. Pegawai VOC Internasional

Menurut Denys Lombard, penerimaan pegawai VOC pada kenyataannya bersifat “internasional.” Kompeni menjadi semacam “legiun asing.” Pada 1622, di garnisun Batavia terdapat 143 tentara: 17 orang Vlaams atau Wallon, 60 Jerman, Swiss, Inggris, Skotlandia, Irlandia, atau Denmark; 9 orang tak jelas asal usulnya; dan hanya 57 orang yang betul-betul kelahiran Belanda. Pegawai dari Jerman pada setiap waktu jumlahnya selalu besar. Banyak yang menjadi tentara, tetapi ada juga yang bekerja sebagai tenaga ahli, misalnya ahli bedah atau insinyur pertambangan.

5. Monopoli Ketat VOC

VOC melakukan monopoli perdagangan dengan sangat ketat. Ia tidak pernah memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk melakukan perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya secara perorangan, baik dengan Eropa maupun negeri-negeri Asia lainnya. Perdagangan gelap hanya dapat dilakukan hanya dengan risiko yang sangat besar. Orang-orang Eropa yang tidak lagi menjadi pegawai VOC (compagniesdienaren) dan menjadi warga bebas (vrijburgers), hanya punya peluang berusaha di sector-sektor yang kurang menguntungkan, seperti pertanian, perdagangan bahan pangan, rumah makan, dan rentenir. Tetapi di sektor ini mereka harus bersaing dengan para pedagang Tionghoa.

6. Pembentukan Kampung

Untuk membangun Batavia yang dikuasai sejak 1691, VOC mendatangkan orang-orang dari berbagai daerah di Nusantara. Menurut Parakitri T. Simbolon, selama VOC berkuasa telah menghimpun lebih dari 40 kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah di Nusantara dan dunia. Jumlahnya sekira 128.000 jiwa dan hanya sekira 600 orang Eropa.

VOC menyediakan lahan untuk mereka membangun perkampungan berdasarkan latar belakang suku masing-masing. Kampung tertua adalah Kampung Banda hasil migrasi yang dilakukan gubernur jenderal Jan Pieterszoon Coen pada 1621. Hingga kini, jejak kampung-kampung di Batavia dan sekitarnya masih bisa ditemukan sesuai nama etnisnya: Kampung Melayu, Kampung Bali, dan Kampung Ambon, dan lain-lain.

7. Larangan Membawa Wanita

Meski Hindia dikenal sebagai sorga, kebijakan VOC yang keras nyaris tak mengizinkan perempuan turut serta dalam pelayaran. Ini menjadi alasan kuat sehingga seorang perempuan harus menyaru laki-laki (transvestisme). Di sisi lain pemerintah Belanda tak permisif kepada para perempuan yang ketahuan menyamar menjadi laki-laki.

Hukum Belanda, yang antara lain bersumber pada hukum adat dan Injil, melarang transvestisme. Perempuan tak diperkenankan berpenampilan seperti laki-laki, juga sebaliknya. Transvestisme adalah tindakan kriminal. Namun biasanya tuduhan itu dikenakan untuk memperberat tindakan kriminal lainnya. Menurut Rudolf M. Dekker dan Lotte C.van de Pol, ada berbagai motif perempuan menyaru laki-laki: cinta, patriotisme, lari dari tuduhan kriminal, serta perbaikan kondisi ekonomi.

Oleh karena itu, menurut Denys Lombard, orang-orang Belanda yang baru tiba di Hindia bersedia mengawini gadis-gadis Indo yang berayah Portugis. Sebagian besar dari perempuannya, berasal dari Makassar dan Bali, tapi mereka adalah keturunan dari perkawinan campuran terdahulu. Makassar dan Bali, melalui perempuannya, member sumbangan besar kepada perkembangan penduduk Batavia.

8. Budak

Budak adalah komoditas perdagangan. Dalam abad ke-17, Heereen Seventien sampai kewalahan menangani soal budak yang dibawa orang Belanda yang pulang dari Nusantara. Markas VOC di Amsterdam direpotkan mengurusi perawatan budak yang ditinggalkan pemiliknya dan disibukan pula oleh para budak yang minta dipulangkan ke negeri asalnya.

Oleh karena itu, menurut Harry A. Poeze, VOC akhirnya mengeluarkan aturan untuk membatasi budak yang boleh dibawa ke negeri Belanda. Budak-budak itu banyak didatangkan dari Sulawesi dan Bali. Bukan hanya dibutuhkan sebagai tenaga kerja, budak pun dibutuhkan sebagai simbol status sosial. Tak heran jika budak akan dirawat sebaik mungkin, meski nyatanya banyak terjadi penindasan. Setelah VOC runtuh pun perbudakan masih terjadi di Hindia Belanda.

9. Komoditas Selain Rempah-rempah

Ketika harga rempah-rempah turun dan tak jadi komoditas primadona lagi, VOC tak kehilangan akal. Untuk tetap bertahan melakukan perdagangan, VOC kemudian memperdagangkan berbagai komoditas. Menurut sejarawan Mona Lohanda, dalam kargo-kargonya VOC mengangkut dan menjual ragam komoditas khas negeri tropis, seperti ayam, beras, kuda, bahkan budak.

10. Orang Belanda Pantang Menetap

Sementara orang Portugis memang berniat menetap dan beranak-pinak, ketika tiba di Asia orang-orang Belanda selalu mengatakan, “bila masa dinas enam tahun yang harus kujalani telah selesai, aku akan kembali ke Eropa.” Orang-orang Belanda selalu ingin pulang ke negerinya jika masa tugas usai. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk di Batavia yang tak didominasi orang Eropa. Dalam tahun 1674, jumlah mereka kurang dari sepersepuluh penduduk Batavia.

“Keterikatan para kolonis Belanda pada tanah airnya merupakan ciri hakiki mentalitas, yang menentukan perilaku mereka jauh sampai ke abad 20,” tulis Denys Lombard. Ada beberapa alasan mengapa mereka tak ingin menetap: tujuan mereka hanya ingin mencari kekayaan, VOC tidak memberi kelonggaran kepada prakarsa perorangan, tiadanya sarana untuk memperkenalkan dan menyesuaikan kebudayaannya, faktor cuaca dan ketidakberdayaan para dokter menyebabkan Batavia dianggap sebagai “kuburan orang Eropa.”

Sumber Historia

Jumat, 22 Mei 2015

Sejarah Batu Bacan

Tanggal Bersejarah - Batu Bacan sudah dikenal sejak tahun 1960an, bacan merupakan salah satu kekayaan alam Maluku Utara. Istilah nama Bacan diambil dari nama Pulau Bacan yang digunakan sebagai tempat perdagangan batu itu. Padahal, pulau penghasil Batu Bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta yang jaraknya tidak jauh dengan Pulau Bacan. Ingin tahu lebih jelas mengenai sejarah Batu Bacan? Yuk, kita simak rangkuman yang Bintang.com siapkan.

1. Batu Bacan terdapat di Pulau Kasiruta bukan pulau Bacan, karena pusat pemerintahan terdapat di Labuha, Pulau Bacan maka batu tersebut dinamai Batu Bacan.

2. Dulu, Batu Bacan tidak dihargai semahal seperti sekarang karena dulu tidak ada pembeli lokal dan pembeli dari luar daerah. Pada saat itu, tidak ada masyarakat yang mencari nafkah mencari batu bacan (penambang).

3. Jaman dulu di Maluku Utara jika ada petani yang menemukan batu bacan tidak dijadikan cincin, melainkan ditukar dengan barang-barang sembako.

4. Orang yang pertama kali membeli batu bacan dengan harga mahal adalah turis dari Singapura. Turis dari Singapura membeli batu bacan 10 kilogram dengan harga Rp 7 juta, pada 1990.

5. Setelah pembelian termahal dari turis Singapura, Batu Bacan lama kelamaan menjadi terkenal di mancanegara. Kepopuleran Batu Bacan di mancanegara sekitar tahun 2005.

6. Peminat Batu Bacan terbanyak pada waktu itu adalah kalangan dari Suku Tionghoa. Warna yang mereka minati adalah warna hijau, biru, dan merah. Tetapi Batu Bacan yang berwarna merah sulit untuk dicari.

7. Pada 2009 Batu Bacan mulai diburu banyak kalangan mulai dari Jakarta, dan berbagai tempat lainnya di Indonesia. Harga Batu Bacan pada waktu itu cupuk bervariasi, pasalnya harga Batu Bacan ditentukan dari motif dan jenisnya.

Hashashin, kelompok pembunuh paling mengerikan sepanjang sejarah

Tanggal bersejarah - Sepak terjang Hashashin, sebuah organisasi bawah tanah ini memiliki kiprah yang sangat disegani di Jazirah Arab. Bahkan, aksi-aksi penyusupan yang mereka lakukan ini beberapa kali mengancam nyawa lawannya. 

Nama mereka menebar teror selama ratusan tahun. Sebagian menganggap sosoknya setengah hantu dan manusia. Siapa sebenarnya mereka? 

Hashashin dikenal sebagai kelompok Martir, atau manusia yang siap mati. Biasanya, mereka merupakan pendatang atau relawan dari berbagai kerajaan. Berdirinya kelompok ini tak lepas dari meletusnya Perang Salib Pertama.

Organisasi mayoritas Muslim Syiah ini merupakan kelompok kepercayaan Nizari Ismailis yang khawatir dengan kedatangan Pasukan Salib. Di saat bersamaan, Ismailis juga terganggu dengan pesatnya penganut Muslim Sunni yang jumlahnya melebihi penganut Syiah.

Adalah Hassan-i Sabbah, pemimpin sekaligus tokoh pertama dalam kelompok ini. Dia merupakan pemimpin di Alamut, sebuah kota independen yang berlokasi di barat daya Iran. Hassan menyadari, musuhnya tak hanya kerajaan Islam Sunni, tapi juga kamu Kristen yang menguasai bagian pesisir barat Timur Tengah.

Selama berada di Alamut, dia mengembangkan ajarannya dan doktrin untuk mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Di kota inilah pertama kalinya terbentuk kelompok pembunuh berdarah dingin. Layaknya sebuah pasukan elite, anggota Hashashin ini diwajibkan memiliki sejumlah kemampuan istimewa, mulai dari pengintaian maupun penyusupan, bahkan membunuh secara mengerikan.

Hassan membentuk unit bernama Rafiqs dan Lasiqs. Dari kedua nama itu, Lasiqs kemudian dikenal sebagai pembunuh yang paling ditakuti, bahkan mereka dijuluki 'Fidai', agen yang rela mengorbankan dirinya. Inilah kelompok teror pertama di dunia.

Dari beberapa sumber disebutkan, untuk merekrut orang-orang yang setia itu, Hassan mencecoki para pemuda dengan ganja, atau dikenal dengan nama Hasish. Namun, kisah yang didapat dari penjelajah Eropa, Marco Polo masih menuai perdebatan. Sebab Hassan meninggal dunia pada 1192, sedangkan Marco baru dilahirkan pada 1254.

Setelah membentuk senjata barunya ini, Hassan mulai menyusun perintah pembunuhan. Korban-korbannya sebagian besar adalah politikus maupun jenderal besar di dunia Arab. Meski begitu, Hassan sangat jarang membunuh rakyat sipil, dan memilih menghindarinya.

Kelompok ini kemudian berkembang cukup pesat, bahkan berhasil membangun empat benteng baru. Dua di antaranya berada di barat Alamut, dan dua lainnya berada di perbatasan Suriah dan Kesultanan Seljuk. Salah satunya Masyaf, benteng Hashashin yang sempat dikepung Sultan Mesir Saladin di tahun 1176.

Sejak dibentuk pada 1090, Hashashin menjadi kelompok yang sangat diperhitungkan di dunia Islam, bahkan Barat. Keberadaannya sangat ditakuti oleh siapapun musuh-musuhnya. Hashashin mampu bertahan hingga dua abad sebelum takluk di bawah kekuasaan Pasukan Mongol pada 1273, tak lama setelah Baghdad jatuh.

Saking menakutkannya, kata dalam bahasa Inggris Assasin yang artinya pembunuh, diambil dari Hashashin.

Sabtu, 02 Mei 2015

Hari Papua Masuk Indonesia

Tanggal Bersejarah - Pada 1 Mei 1963, Irian Barat menjadi bagian Indonesia. UNTEA (United Nations Temporary Executive Administration) menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dengan catatan tahun 1969 harus diadakan pungutan suara pendapat rakyat.

Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 juga mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda termasuk wilayah barat pulau di Irian (Sekarang bernama Papua). Namun pihak Belanda masih menganggap wilayah tersebut salah satu provinsi Kerajaan Belanda.

Presiden Sukarno kemudian membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan mengumumkan Tri Komando Rakyat, atau yang lebih dikenal dengan Trikora, sebagai perlawanan terhadap Belanda untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia pada Oktober 1962. Belanda menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA, sebuah badan PBB untuk mengurus Irian sebagai pemerintahan sementara.

Tahun 1969 dilangsungkan Penentuan Pendapat Rakyat Irian Jaya (Pepera). Hasilnya, rakyat di Irian Barat tetap ingin bergabung dengan Republik Indonesia. Nama Irian Barat kemudian diganti dengan nama Irian Jaya.

Sejarah dunia lainnya yang terjadi pada 1 Mei:

1948
Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) didirikan dengan Kim Il-sung sebagai pemimpinnya. Negara ini terletak di Asia Timur yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Pyongyang.

1961
Fidel Castro memproklamasikan negara Kuba. Fidel Castro membentuk Kuba sebagai negara sosialis dengan sistem satu partai dan menghapuskan pemilihan umum.

2004
Polandia, Estonia, Latvia, Lituania, Republik Cek, Slowakia, Hungaria, Slovenia, Siprus, dan Malta bergabung dengan Uni Eropa. Uni Eropa, disingkat UE, adalah organisasi antar-pemerintahan dan supranasional yang beranggotakan negara-negara Eropa.

Sejarah May Day

Tanggal Bersejarah - Sejarah Singkat Hari Buruh di Indonesia Sekitar tahun 1918 silam, ratusan dari anggota Serikat Buruh Kung Tang Hwee Koan langsung mengadakan peringatan Hari Buruh yang diselenggarakan di Kota Surabaya. Sneevliet bersama Bars waktu itu menghadiri perayaan hari buruh tersebut, dan menyampaikan beberapa pesan ISDV. Serikat buruh tersebut, sebenaryany bermarkas di Shanghai, namun anggota buruh tersebut memiliki ratusan anggota di Kota Surabaya.

Pada sebuah tulisan ‘Peringatan 1 Mei Pertama Kita’, Sneevliet tak menutupi bagaimana perasaan kekecewannya dengan adanya perayaan tersebut. Walaupun telah dipublikasikan kepublik dengan cara luas juga sangat besar-besaran, namun kenyataanya perayaan tersebut hanya menarik bagi bangsa eropa saja, dan hampir tak ada bangsa Indonesia. Walaupun begitu, sejarah selanjutnya mencatat apabila perayaan 1 Mei 1918 yang berlangsung di Surabaya tersebut ialah cikal bakal peringatan Hari Buruh Sedunia pertama kali yang berlangsung di tanah air, malahan disebut-sebut pertama kalinya yang diselenggaraan di Asia.

Waktu itu, untuk perayaan Hari buruh ternyata bukan hanya didominasi bagi golongan komunis, namun juga bagi serikat-serikat buruh non komunis. Sebutsaja, pada hari buruh tahun 1921, Tjokroaminoto, yang waktu iyu ditemani denga muridnya, Soekarno, naik ke atas podium guna memberikan sebuah pidato untuk mewakili Serikat Buruh yang waktu itu masih di bawah pengaruh SI (Sarekat Islam). Semenjak tahun 1918 sampai tahun 1926, pergerakan para buruh mulai rutin dilakukan pada peringatan Hari buruh Internasional tersebut, apabila biasanya diikuti dengan acara mogok besar-besaran.

Hari buruh sedunia pada tahun 1923, Semaun telah mempersapkan dalam sampaiannya pada sebuah rapat umum VSTP atau serikat buruh kereta api di Kota Semarang guna melancarkan kegiatan mogok umum. Pada selebaran pemogokan yang sudah disebarkan VSTV, isu paling penting yaitu, masalah jam kerja selama delapan jam, penundaan pada penghapusan bonus sampai pada janji kenaikan gaji harus dipenuhi, sselanjutnya penanganan pada perselisihan harus ditangani oleh satu badan arbitrase independen, terakhir masalah pelarangan PHK tanpa adanya sebuah alasan.

Pada tahun 1948 silam, dikeluarkanlah UU Kerja nomor 12 / 1948 yang secara resmi, mengesahkan apabila pada 1 Mei sebagai tanggal yang resmi hari Buruh. Pada pasal 15 ayat 2 UU No. 12 tahun 1948 disana dikatakan, Pada hari 1 Mei, buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja’. Itulah Sejarah Singkat Hari Buruh di Indonesia, May Day, waktu pemerintahan Presiden Soekarno masih berjalan, peringatan Hari Buruh sudah secara rutin berjalan juga resmi diakui oleh pemerintah waktu itu.

Jumat, 01 Mei 2015

Peringatan Integrasi Papua

Tanggal Bersejarah - Keabsahan 1 Mei 1963 sebagai "Hari Integrasi", senantiasa oleh sebagian besar rakyat Papua dipandang sebagai "Hari Aneksasi" Indonesia atas Tanah Papua.

Ini disebabkan bahwa orang-orang Papua sendiri sejak 15 Agustus 1962, tidak pernah dihargai dan dihormati hak asasinya sebagai salah satu komunitas masyarakat di dunia dan bukan merupakan subjek yang ikut menentukan nasibnya sendiri.

Adapun Pepera tahun 1969 sesungguhnya memiliki nilai minus yang sudah semestinya segera dijadikan bahan kajian dan diskursus dalam berbagai kesempatan secara terbuka di alam demokrasi Indonesia, guna memperoleh kesepakatan yang damai, demikian dikatakan peraih penghargaan Internasional di Bidang HAM, "John Humphrey Freedom Award" Tahun 2005 dari Canada, Yan Christian Warinussy kepada, Kamis (30/4) pagi.

"Ini saya sampaikan karena atas dasar "keabsahan" Pepera 1969 yang masih terus dipersoalkan serta 1 Mei 1963 yang dipandang oleh rakyat Papua sebagai "Hari Aneksasi, maka lahirlah slogan NKRI Harga Mati yang senantiasa dijadikan sebagai 'alat' ampuh bagi aparat keamanan baik TNI dan Polri, untuk terus menerus melakukan berbagai tindak kekerasan yang berdimensi pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil di Tanah Papua sepanjang lebih dari 50 tahun hingga dewasa ini," ujar Yan.

Oleh sebab itu, seharusnya slogan 'NKRI Harga Mati' dan 'Merdeka Harga Mati' di pihak lain, tidak ditonjolkan oleh kedua belah pihak, baik rakyat Papua dan Pemerintah Indonesia, termasuk TNI dan Polri.

Kata dia, sangat mendesak saat ini untuk mendudukkan persoalan proses peralihan kekuasaan atas Tanah dan rakyat Papua dari sejarah New York Agreement 1962, eksistensi 1 Mei 1963 dan Pepera 1969 sebagai tonggak-tonggak penting yang patut dikaji secara baik menurut prinsip-prinsip hukum, demokrasi dan hak asasi manusia yang berlaku universal bahkan sudah diadopsi pula oleh Pemerintah Indonesia di dalam aturan perundangan yang berlaku saat ini.

"Dalam konteks otsus di Tanah Papua, sebenarnya telah ada peluang di dalam pasal 46 untuk membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), guna menjalankan tugas dalam konteks mengupayakan berlangsungnya proses klarifikasi sejarah Integrasi Papua tersebut," ujar Yan.

Namun demikian menurut Yan, karena hal ini sudah menjadi sebuah aspirasi politik mayoritas rakyat Papua, maka adalah sangat tepat jika hal ini perlu dibicarakan secara terbuka, arif, bijaksana dan imparsial serta saling menghormati dalam sebuah dialog damai.

Ini penting, kata Yan, agar kelak hasil dari dialog damai tersebut menjadi sebuah kesepakatan bersama diantara rakyat Papua dan pemerintah Indonesia dalam merumuskan langkah-langkah penyelesaian konflik sosial-politik tersebut secara damai, demokratis dan berkesinambungan.

Kesepakatan tersebut sesuai amanat pasal 1338 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (burgerlijk Wetboek/BW) bahwa, "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya"

"Dengan demikian kesepakatan yang dicapai dalam sebuah dialog damai antara rakyat Papua dan Pemerintah Indonesia kelak akan menjadi hukum yang dapat dijadikan sebagai pedoman dasar dalam menentukan segenap langkah penyelesaian hukum dan politik atas segenap konflik dan pelanggaran hak asasi manusia yang sudah berlangsung lebih dari 50 tahun diatas Tanah Papua."ujarnya.

Sementara Sekertaris Jenderal Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jenderal Anton Obet Tabuni, menegaskan, akan melaksanakan upacara dengan menaikan bendera Bintak Kejora di markasnya, Tingginambut, Puncak Jaya.

"Kami akan melaksanakan upacara sebagai bentuk bahwa kami menuntut kemerdekaan dan kedaulatan," ujarnya, Kamis pagi.