Kamis, 30 April 2015

Peran Australia Dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

Tanggal Bersejarah - Setelah Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam bidang diplomasi Republik ini dihadapkan pada permasalahan negara mana yang bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan pertama datang dari Mesir pada 1947, tapi itu belum cukup. Indonesia butuh negeri yang kuat untuk mengakui kemerdekaannya, khususnya dalam menghadapi agresi militer Belanda.

“Setelah Perundingan Linggarjati 1947, Australia pada awalnya mendukung kebijakan Belanda di Indonesia. Pada masa ini peran Amerika Serikat (AS) masih terasa,” ujar pengamat dari Pusat Kajian Amerika Serikat, Retno Sukardan Mamoto, ketika dihubungi oleh Okezone.

Namun, Belanda melanggar Perundingan Linggarjati dengan menyerang Indonesia pada 21 Juli 1947 atau yang dikenal dengan sebutan Agresi Militer I Belanda. Australia mengecam serangan Belanda tersebut dan menuntut agar PBB segera membentuk suatu komisi untuk mendamaikan Indonesia-Belanda.

Dibentuklah Komisi Tiga Negara (KTN) yang beranggotakan AS, Australia, dan Belgia. KTN berupaya untuk membujuk Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan. Usaha KTN ini pun membuahkan hasil dengan ditandatanganinya perjanjian damai yang dikenal dengan sebutan Perjanjian Renville pada Desember 1947. “Meski keanggotaan Australia di KTN hanya bersifat cari muka, karena Australia sendiri masih dalam pengaruh bayang-bayang AS,” ujar Retno.

Namun, situasi berubah ketika Indonesia berhasil menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 1948. Belanda kemudian melancarkan serangan militer lagi yang terkenal dengan sebutan Agresi Militer II pada Desember 1948 dengan menduduki ibu kota Indonesia pada saat itu Yogyakarta dan mengatakan tidak terikat lagi dengan Perjanjian Renville.

AS dan Australia mengecam sikap Belanda yang melancarkan Agresi Militer II dan menuntut agar semua pasukan Belanda ditarik dari Yogyakarta. Patut diingat pada masa perang kemerdekaan Indonesia, era Perang Dingin baru saja dimulai. AS sangat khawatir jika Indonesia jatuh ke tangan komunis pimpinan Uni Soviet.

Australia yang merupakan sekutu utama AS di Asia Pasifik pun terpaksa ikut dalam kebijakan Luar Negeri Paman Sam tersebut. Maka, atas desakan PBB akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949. Australia pun mengakui kemerdekaan Indonesia. “Australia pada akhirnya mengakui Indonesia, namun tidak mengakui Irian Barat (Papua) menjadi bagian dari Indonesia,” ujar Retno.

Setelah masa Perang Kemerdekaan Indonesia, Australia tidak terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Hal ini dikarenakan Negeri Kangguru tersebut fokus pada kebijakan yang dibuat oleh AS dan Inggris untuk membendung pengaruh komunis di Asia.

Walaupun Presiden Soekarno merupakan sosok yang anti-imperialisme dan sering mengeluarkan kebijakan yang anti-AS, namun Australia tidak mau terlibat jauh terkait masalah dalam negeri Indonesia. Hingga akhirnya Presiden Soekarno jatuh akibat peristiwa G 30 S/PKI.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar